Rakyat Puncak Jaya Berlimpah Pangan, Kekurangan Perumahan
pada tanggal
Friday, 12 July 2013
KOTA MULIA (PUNCAK JAYA) – Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Henock Ibo mengaku, rakyat Puncak Jaya tidak miskin makanan sebagaimana yang dipikirkan orang banyak. Rakyat puncak Jaya berkelimpahan makanan, minuman dan kekayaan alam.
Menurut Henock Ibo, masyarakat yang dipimpinnya miskin perumahan di banding makanan. Rata-rata rumah tradisional yang dihuni warga. Sebenarnya, rumah itu tidak layak huni. “Rakyat di daerah ini tidak miskin makanan tetapi miskin rumah,” tuturnya, Rabu (10/07/2013).
Karena itu, kata dia, pemerintah Puncak Jaya akan membangun ribuan rumah bagi rakyat Puncak Jaya. “Kalau rencana gubernur membangun 13.000 rumah, kami akan bangun seribu rumah,” tuturnya.
Menurut Henok, rakyat Puncak Jaya, beberapa tahun terakhir ini mendapat ribuan ton beras. “Kami telah mendapat 2.600 ton beras. Honai penuh dengan beras. Rakyat di daerah itu pesta makan beras,” kata Henock disela-sela kunjungan gubenur dan wakil gubernur Papua di lapangan Gereja Gidi Emaus, Mulia.
Salah satu aktivis pembangunan wilayah pengunungan, Yulianus Mabel menuturkan, pemerintah tidak bisa menilai makan nasi berkelimpahan, rumah tradisional itu sebagai ukuran miskin atau kaya. “Kemiskinan itu relatif. Jadi, kalau pemerintah mau bagun rumah, kasih beras kasih saja. Jangan kasih dengan alasan miskin atau kaya,” tegasnya.
Mabel khawatir budaya pemerintahan memberi bakal menanaman mental ketergantungan bagi rakyat. “Jangan sampai program pembagian beras, pembangunan rumah ini menanamkan mental konsumtif dan kemiskinan di 20 tahun yang akan datang,” ujarnya.
Menurut Mabel, perhatian pemerintah itu mesti disertai pemberian0 pemahaman yang baik. Dengan begitu, dampak buruk dan baik dari bantuan yang mereka terima akan bertahan dalam jangka waktu lama. “Pemahaman sangat penting. Kalau tidak, bahaya. Bisa lahir rakyat yang mental berharap,” imbuhnya. [TabloidJubi| Republika]
Menurut Henock Ibo, masyarakat yang dipimpinnya miskin perumahan di banding makanan. Rata-rata rumah tradisional yang dihuni warga. Sebenarnya, rumah itu tidak layak huni. “Rakyat di daerah ini tidak miskin makanan tetapi miskin rumah,” tuturnya, Rabu (10/07/2013).
Karena itu, kata dia, pemerintah Puncak Jaya akan membangun ribuan rumah bagi rakyat Puncak Jaya. “Kalau rencana gubernur membangun 13.000 rumah, kami akan bangun seribu rumah,” tuturnya.
Menurut Henok, rakyat Puncak Jaya, beberapa tahun terakhir ini mendapat ribuan ton beras. “Kami telah mendapat 2.600 ton beras. Honai penuh dengan beras. Rakyat di daerah itu pesta makan beras,” kata Henock disela-sela kunjungan gubenur dan wakil gubernur Papua di lapangan Gereja Gidi Emaus, Mulia.
Salah satu aktivis pembangunan wilayah pengunungan, Yulianus Mabel menuturkan, pemerintah tidak bisa menilai makan nasi berkelimpahan, rumah tradisional itu sebagai ukuran miskin atau kaya. “Kemiskinan itu relatif. Jadi, kalau pemerintah mau bagun rumah, kasih beras kasih saja. Jangan kasih dengan alasan miskin atau kaya,” tegasnya.
Mabel khawatir budaya pemerintahan memberi bakal menanaman mental ketergantungan bagi rakyat. “Jangan sampai program pembagian beras, pembangunan rumah ini menanamkan mental konsumtif dan kemiskinan di 20 tahun yang akan datang,” ujarnya.
Menurut Mabel, perhatian pemerintah itu mesti disertai pemberian0 pemahaman yang baik. Dengan begitu, dampak buruk dan baik dari bantuan yang mereka terima akan bertahan dalam jangka waktu lama. “Pemahaman sangat penting. Kalau tidak, bahaya. Bisa lahir rakyat yang mental berharap,” imbuhnya. [TabloidJubi| Republika]