Lukas Enembe Tidak Ingin Kingmi Papua disebut Gereja Separatis
pada tanggal
Tuesday, 16 July 2013
SENTANI (JAYAPURA) – Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe secara resmi menutup acara rapat kerja Sinode II Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, Jumat (12/07/2013) di Aula Gereja Kingmi, Kabupaten Jayapura.
Pada acara penutupan tersebut, Gubernur menegaskan bahwa dirinya tidak ingin lagi mendengar Gereja Kingmi disebut "gereja separatis".
“Saya selaku Gubernur Provinsi Papua yang baru saja menjabat 3 bulan 3 hari menegaskan, tidak mau lagi dengar gereja disebut separatis,” tegasnya ketika memberikan sambutan.
Disamping itu, dirinya menekankan kepada seluruh masyarakat bahwa yang paling diutamakan di Papua ini adalah Gereja.
“Saya tidak mau lagi kalau gereja dibelakangi, karena Pemerintah ada karena Gereja sehingga kita harus mengedepankan Gereja bukan pemerintahan,”tukasnya dengan singkat.
Didalam Raker Sinode II, lanjut Gubernur, diminta agar mempersatukan Gereja Kemah Injil di Tanah Papua. “Jangan ada lagi egoisme, silahkan tinggalkan hal-hal yang tidak bisa diinginkan oleh Gereja dan pertahankan prinsip untuk bisa memajukan dan mempersatukan Kemah injil secara baik,” tekannya.
Sementara itu, Ketua Sinode Kingmi Papua, Pdt.DR. Benny Giyai menyampaikan, melalui Raker Sinode II Kingmi di Tanah Papua ini dapat merubah pola pikir para pemimpin Kingmi di Tanah Papua.
Sebab, menurutnya selama ini pemimpin Geraja hanya menyampaikan apa yang sudah dilakukan oleh umat Gereja, namun kali ini pemimpin harus melihat dan mengecek apa yang dialami oleh umat gereja itu sendiri.
“Kita tidak ada lagi pemimpin berbicara tentang kepentingan pribadi atau kepentingan orang lain, akan tetapi bagaimana kita menggumuli apa yang menjadi program Gereja agar Gereja di Tanah Papua menjadi terang bagi semua umat,”jelasnya.
Kepada umat, lanjut Pdt. Benny bisa lebih kuat dan bertanggungjawab untuk memperbaiki kehidupan mereka, sehingga mereka tahu mana yang baik dan mana yang benar. “Saya umat, tidak ada lagi ikut sana ikut sini hanya demi kepentingan sesaat, akan tetapi mari kita muliakan nama Tuhan di dalam pekerjaan kita, agar selalu diberkati,”ungkapnya.
Menyangkut, stigma bahwa Gereja Kingmi merupakan gereja separatis, Pdt Benny meminta kepada pihak yang menggunakan pendekatan-pendekatan stigma separatis agar dihentikan, karena gereja bukan tempat separatis akan tetapi Gereja Kingmi untuk memuliakan nama Tuhan.
“Saya menyampaikan terimakasih kepada Gubernu yang menyatakan stigma Gereja dinilai Gereja separatis kini sudah dikubur karena stigma membunuh karakter gereja Kingmi serta umat di Tanah Papua ini,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Ketua Panitia, Nason Utti SE mengakui bahwa sebelumnya, panitia sangat meragukan dalam pelaksanaan Raker Sinode II, baik dari awal hingga tahapan pleno sampai pada ibadah penutupan. “Pada penutupan hari ini, kami dari panitia merasa bangga karena Gubernur langsung menghadiri acara penutupan Raker ini, yang mana sebelumnya tidak habis pikir bahwa Gubernur akan menutup acara tersebut,” ujarnya.
Dijelaskan, di dalam sejarah acara gereja Kingmi tidak pernah dibuka oleh Gubernur maupun para Bupati, sehingga kali ini dihadiri dan ditutup langsung oleh Gubernur yang disaksikan sejumlah pejabat baik di Kabupaten maupun di Provinsi Papua itu sendiri. [BintangPapua| BintangPapua]
Pada acara penutupan tersebut, Gubernur menegaskan bahwa dirinya tidak ingin lagi mendengar Gereja Kingmi disebut "gereja separatis".
“Saya selaku Gubernur Provinsi Papua yang baru saja menjabat 3 bulan 3 hari menegaskan, tidak mau lagi dengar gereja disebut separatis,” tegasnya ketika memberikan sambutan.
Disamping itu, dirinya menekankan kepada seluruh masyarakat bahwa yang paling diutamakan di Papua ini adalah Gereja.
“Saya tidak mau lagi kalau gereja dibelakangi, karena Pemerintah ada karena Gereja sehingga kita harus mengedepankan Gereja bukan pemerintahan,”tukasnya dengan singkat.
Didalam Raker Sinode II, lanjut Gubernur, diminta agar mempersatukan Gereja Kemah Injil di Tanah Papua. “Jangan ada lagi egoisme, silahkan tinggalkan hal-hal yang tidak bisa diinginkan oleh Gereja dan pertahankan prinsip untuk bisa memajukan dan mempersatukan Kemah injil secara baik,” tekannya.
Sementara itu, Ketua Sinode Kingmi Papua, Pdt.DR. Benny Giyai menyampaikan, melalui Raker Sinode II Kingmi di Tanah Papua ini dapat merubah pola pikir para pemimpin Kingmi di Tanah Papua.
Sebab, menurutnya selama ini pemimpin Geraja hanya menyampaikan apa yang sudah dilakukan oleh umat Gereja, namun kali ini pemimpin harus melihat dan mengecek apa yang dialami oleh umat gereja itu sendiri.
“Kita tidak ada lagi pemimpin berbicara tentang kepentingan pribadi atau kepentingan orang lain, akan tetapi bagaimana kita menggumuli apa yang menjadi program Gereja agar Gereja di Tanah Papua menjadi terang bagi semua umat,”jelasnya.
Kepada umat, lanjut Pdt. Benny bisa lebih kuat dan bertanggungjawab untuk memperbaiki kehidupan mereka, sehingga mereka tahu mana yang baik dan mana yang benar. “Saya umat, tidak ada lagi ikut sana ikut sini hanya demi kepentingan sesaat, akan tetapi mari kita muliakan nama Tuhan di dalam pekerjaan kita, agar selalu diberkati,”ungkapnya.
Menyangkut, stigma bahwa Gereja Kingmi merupakan gereja separatis, Pdt Benny meminta kepada pihak yang menggunakan pendekatan-pendekatan stigma separatis agar dihentikan, karena gereja bukan tempat separatis akan tetapi Gereja Kingmi untuk memuliakan nama Tuhan.
“Saya menyampaikan terimakasih kepada Gubernu yang menyatakan stigma Gereja dinilai Gereja separatis kini sudah dikubur karena stigma membunuh karakter gereja Kingmi serta umat di Tanah Papua ini,” ujarnya.
Ditempat yang sama, Ketua Panitia, Nason Utti SE mengakui bahwa sebelumnya, panitia sangat meragukan dalam pelaksanaan Raker Sinode II, baik dari awal hingga tahapan pleno sampai pada ibadah penutupan. “Pada penutupan hari ini, kami dari panitia merasa bangga karena Gubernur langsung menghadiri acara penutupan Raker ini, yang mana sebelumnya tidak habis pikir bahwa Gubernur akan menutup acara tersebut,” ujarnya.
Dijelaskan, di dalam sejarah acara gereja Kingmi tidak pernah dibuka oleh Gubernur maupun para Bupati, sehingga kali ini dihadiri dan ditutup langsung oleh Gubernur yang disaksikan sejumlah pejabat baik di Kabupaten maupun di Provinsi Papua itu sendiri. [BintangPapua| BintangPapua]