Komnas HAM : Tragedi Tinju Berdarah Bukan akibat Keputusan Wasit
pada tanggal
Sunday, 21 July 2013
NABIRE - Tragedi Tinju Berdarah yang menewaskan 17 penonton ini tak luput dari perhatian Komnas HAM. Salah satu anggota Komnas HAM, Nurkholis didampingi salah satu anggota Komnas HAM Papua menyambangi langsung lokasi kejadian.
Komnas HAM ingin membuktikan apakah kejadian tersebut adalah murni kecelakaan atau ada kesengajaan.
"Yang kami ketahui kejadian tersebut bukan semata-mata keputusan wasit. Saya luruskan pemberitaan selama ini tapi ada perkelahian antara salah satu Satpol PP dan salah satu penonton, dan ini menjadi satu pemicu," terang Nurkholis usai melakukan pertemuan dengan bupati di ruang Bupati Nabire.
Karena penasaran, Komnas HAM sampai dua kali melakukan pengecekan ke lokasi GOR.
Sementara Ketua Pertina Kabupaten Nabire Hendrik Andoi mengungkapkan bahwa pihaknya keberatan dengan status tersangka yang diberikan kepada Ketua Panitia Nubertus Yeimo. Bahkan pihaknya memerintahkan seluruh panitia yang terlibat untuk tidak memenuhi panggilan Polisi jika hanya melalui telepon.
"Harus surat resmi dan kami lihat seolah-olah kami dikambinghitamkan. Jangan begitu. Kami saat ini juga meminta agar Pertina Pusat maupun Pertina Provinsi ikut membantu," terang Hendrik usai melakukan pertemuan dengan seluruh wasit dan pelatih tinju tak jauh dari Universitas Satya Wacana Nabire.
Salah satu pelatih tinju, Daud Ayomi juga mendukung keputusan Hendrik. Menurutnya jika mencari siapa yang salah, maka akan lebih baik seluruh pihak didudukkan.
"Kami melatih murni untuk mencari bibit. Kami coba merangkul anak-anak yang tak sekolah untuk bisa menjadi atlet," imbuhnya. [RadarSorong]
Komnas HAM ingin membuktikan apakah kejadian tersebut adalah murni kecelakaan atau ada kesengajaan.
"Yang kami ketahui kejadian tersebut bukan semata-mata keputusan wasit. Saya luruskan pemberitaan selama ini tapi ada perkelahian antara salah satu Satpol PP dan salah satu penonton, dan ini menjadi satu pemicu," terang Nurkholis usai melakukan pertemuan dengan bupati di ruang Bupati Nabire.
Karena penasaran, Komnas HAM sampai dua kali melakukan pengecekan ke lokasi GOR.
Sementara Ketua Pertina Kabupaten Nabire Hendrik Andoi mengungkapkan bahwa pihaknya keberatan dengan status tersangka yang diberikan kepada Ketua Panitia Nubertus Yeimo. Bahkan pihaknya memerintahkan seluruh panitia yang terlibat untuk tidak memenuhi panggilan Polisi jika hanya melalui telepon.
"Harus surat resmi dan kami lihat seolah-olah kami dikambinghitamkan. Jangan begitu. Kami saat ini juga meminta agar Pertina Pusat maupun Pertina Provinsi ikut membantu," terang Hendrik usai melakukan pertemuan dengan seluruh wasit dan pelatih tinju tak jauh dari Universitas Satya Wacana Nabire.
Salah satu pelatih tinju, Daud Ayomi juga mendukung keputusan Hendrik. Menurutnya jika mencari siapa yang salah, maka akan lebih baik seluruh pihak didudukkan.
"Kami melatih murni untuk mencari bibit. Kami coba merangkul anak-anak yang tak sekolah untuk bisa menjadi atlet," imbuhnya. [RadarSorong]