Indonesia Police Watch : Kapolda Papua dan Kapolres Nabire Harus Dicopot
pada tanggal
Tuesday, 16 July 2013
JAKARTA - Kepala Polda Papua Irjen (Pol) Tito Karnavian dan Kapolres Nabire AKBP Bahara Marpaung dinilai harus bertanggung jawab atas kerusuhan di final tinju dalam rangka memperebutkan Piala Bupati Nabire di GOR Kota Lama, Nabire. Kapolri Jenderal Timur Pradopo didesak untuk segera mencopot keduanya.
"Kapolri harus mengevaluasi dan mencopot Kapolda dan Kapolres," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane, di Jakarta, Senin (15/07/2013).
Neta mengatakan, dengan adanya izin dari kepolisian, apa pun yang terjadi dalam acara tersebut merupakan tanggung jawab polisi, apalagi, lanjutnya, kerusuhan itu sampai menyebabkan 18 orang tewas dan puluhan orang luka-luka.
Kepolisian di Papua, tambah Neta, tidak mampu melakukan deteksi dini dan antisipasi sehingga berubah menjadi kerusuhan massal. Jika ada deteksi dini, kepolisian di lapangan tentu segera menghentikan pertandingan dan membubarkan massa. IPW sangat menyayangkan tragedi di Nabire.
"Semestinya kerusuhan tidak perlu terjadi mengingat itu adalah event olahraga yang penuh nilai sportivitas. Tapi, akibat kecerobohan panitia dan lemahnya aparat keamanan mengantisipasi, akhirnya berubah jadi kerusuhan," kata Neta.
Neta mengaitkan kinerja Kepolisian Papua dengan berbagai kriminal di Papua seperti penyerangan anggota TNI/Polri. Namun, kata Neta, tidak satu pun kasus yang terungkap. Belajar dari tragedi di Nabire, sudah saatnya kinerja kepolisian di Papua dievaluasi.
Seperti diberitakan, peristiwa terjadi dalam pertandingan final tinju amatir Bupati Cup antara Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Kemenangan Alvius memicu bentrok antar-pendukung yang berujung dengan jatuhnya korban jiwa.
Bentrok bermula dari aksi lempar kursi karena tidak terima dengan hasil pertandingan itu. Ketika bentrok mulai terjadi, sekitar 1.500 penonton serentak berebut keluar GOR lokasi pertandingan. Saat berdesakan keluar GOR, banyak suporter yang terinjak-injak hingga tewas dan terluka parah.
Kerusuhan diduga juga diperparah akibat banyaknya penonton yang masuk tanpa membeli tiket dan dalam keadaan mabuk lalu membuat keributan. [Kompas| Kompas]
"Kapolri harus mengevaluasi dan mencopot Kapolda dan Kapolres," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane, di Jakarta, Senin (15/07/2013).
Neta mengatakan, dengan adanya izin dari kepolisian, apa pun yang terjadi dalam acara tersebut merupakan tanggung jawab polisi, apalagi, lanjutnya, kerusuhan itu sampai menyebabkan 18 orang tewas dan puluhan orang luka-luka.
Kepolisian di Papua, tambah Neta, tidak mampu melakukan deteksi dini dan antisipasi sehingga berubah menjadi kerusuhan massal. Jika ada deteksi dini, kepolisian di lapangan tentu segera menghentikan pertandingan dan membubarkan massa. IPW sangat menyayangkan tragedi di Nabire.
"Semestinya kerusuhan tidak perlu terjadi mengingat itu adalah event olahraga yang penuh nilai sportivitas. Tapi, akibat kecerobohan panitia dan lemahnya aparat keamanan mengantisipasi, akhirnya berubah jadi kerusuhan," kata Neta.
Neta mengaitkan kinerja Kepolisian Papua dengan berbagai kriminal di Papua seperti penyerangan anggota TNI/Polri. Namun, kata Neta, tidak satu pun kasus yang terungkap. Belajar dari tragedi di Nabire, sudah saatnya kinerja kepolisian di Papua dievaluasi.
Seperti diberitakan, peristiwa terjadi dalam pertandingan final tinju amatir Bupati Cup antara Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Kemenangan Alvius memicu bentrok antar-pendukung yang berujung dengan jatuhnya korban jiwa.
Bentrok bermula dari aksi lempar kursi karena tidak terima dengan hasil pertandingan itu. Ketika bentrok mulai terjadi, sekitar 1.500 penonton serentak berebut keluar GOR lokasi pertandingan. Saat berdesakan keluar GOR, banyak suporter yang terinjak-injak hingga tewas dan terluka parah.
Kerusuhan diduga juga diperparah akibat banyaknya penonton yang masuk tanpa membeli tiket dan dalam keadaan mabuk lalu membuat keributan. [Kompas| Kompas]