Kronologi Pembakaran Markas Polres Pegunungan Bintang
pada tanggal
Sunday 16 June 2013
KOTA JAYAPURA - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Kepolisian Daerah Papua, Kombes Pol I Gde Sumerta Jaya membenarkan terjadinya pembakaran markas Kepolisian Resor Pegunungan Bintang oleh massa, Minggu (16/06/2013) siang.
I Gde Sumerta mengatakan, peristiwa itu bermula saat anggota Polres Pegunungan Bintang menggelar operasi penegakan ketertiban lalu lintas yang dipimpin oleh Wakapolres Pegunungan Bintang, Sabtu (15/6/2013) sore.
Dalam operasi yang digelar mulai pukul 15.00 hingga pukul 17.00 WIT itu, polisi menahan dua orang yang kedapatan mengendarai motor dalam keadaan mabuk.
Pada hari Minggu (16/06/2013), jelas I Gde Sumerta, seorang warga yang mabuk mencoba merusak sepeda motor milik anggota Polres Pegunungan Bintang. Briptu AK yang mencoba menangkap pelaku justru terlibat perkelahian dengan warga yang mabuk yang belakangan diketahui bernama Leo Almung.
Leo menderita luka memar dan harus dibawa ke rumah sakit. Kondisi Leo menimbulkan reaksi warga yang menduka Leo terluka akibat dianiaya aparat.
Kapolres Pegunungan Bintang yang datang ke lokasi untuk menenangkan warga, namun upayanya tidak membuahkan hasil. Warga justru semakin marah dan menyerang mapolres dan asrama polisi.
"Awalnya warga di TKP melakukan pelemparan rumah dinas, dan sekitar pukul 10.00 WIT, massa lain ikut bergabung menyerang mapolres. Mereka membakar mobil dan motor selanjutnya Mapolres," I Gde Sumerta menjelaskan.
Pembalasan Ketidakadilan
Sedangkan menurut salah satu warga Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang bernama Hengky Bidana, aksi yang menyebabkan barak polisi, sejumlah mobil dan motor patroli polisi, serta Kantor Polres Pegunungan Bintang terbakar merupakan pembalasan akibat ketidakadilan yang terjadi di daerah itu.
“Banyak masalah di sini. Ada kasus korupsi, judi togel dan yang mabuk ini kan stress karena putus sekolah, tidak ada pekerjaan. Jadi persoalan ada di pemerintah. Pemerintah tak perhatikan pendidikan anak putus sekolah. Sehingga kalau mau menyelesaikan persoalan, tidak bisa masyarakat dan polisi saja, pemerintah yang harus mengatasi masalah ini,” tutur Hengky melalui telepon genggamnya kepada wartawan saat dihubungi, Minggu.
Menurut Hengky, kejadian berawal dari kasus minuman keras . “Kemarin malan masyarakat yang bernama Raimond Kasibmabin dan Leo Almung mabuk lalu tidur di pertigaan Jalan Iwur. Di pingiran jalan itu ada kios. Pemilik kios merasa tergganggu dengan kehadiran orang mabuk yang tidur di jalan ini. Lalu melapor ke polisi, sehingga polisi datang mengamankan kedua orang mabuk ini dengan cara kekerasan,” katanya.
Selain itu, kata Hengky, saat isterinya Leo Almung mengantar Almung ke rumah sakit, tapi saat di rumah sakit, masih ada anggota polisi di sana. “Lalu polisi hajar lagi. Leo akhirnya lari ke kampung melaporkan apa yang dia alami. Warga tidak terima perilaku polisi itu, lalu serang markas polisi,” tuturnya.
“Lalu polisi balik membalas dengan membakar dua rumah warga. Kejadiannya kira-kira tadi pagi, sekitar jam sembilan pagi. Saat itu warga yang kecewa terhadap polisi yang melakukan penganiayaan terhadap Leo Almung, balik menyerang Polres Pengunungan Bintang,”
Selain itu, menurut Hengky, dari informasi tersebar saat penyerangan, anggota Polres Pengunungan Bintang panik dan lari tanpa memperhatikan nasib para tahanan.
“Akibatnya sejumlah orang tersadung kasus korupsi yang ada dalam tahanan polisi diduga ikut terbakar. Saat kejadian polisi lari karena tak siap mungkin. Warga bebas membakar, dokter Bob yang terlibat kasus korupsi 1 milyar dan orang-orang dalam tahanan dikabarkan juga ikut terbakar,” tuturnya.
Setelah warga mundur dari aksi penyerangan, anggota polisi kembali melakukan pembalasan. “Polisi mengejar para warga. Semua warga lari ke hutan. Tidak ada satu pun ada di kota. Saya sekarang ada di hutan ini Om. Ada yang panjat pohon, lalu pantau ke Kota Oksibil. Ada dua rumah dibakar pihak polisi, masing milik warga bernama Yance Kalakmabin dan Merukol Kalamabin, serta merusak beberapa rumah warga. Bunyi tembakan juga masih terdengar di Kota Oksibil,” katanya.
Akibat kejadian penyerangan ini, Mapolres Pegunungan Bintang hangus menjadi puing bersama dua mobil dan delapan buah motor. Seorang warga dikabarkan tertembak di kaki sementara sejumlah anggota Polri dan TNI terluka saat berupaya menenangkan warga.
Hingga malam ini, situasi di Kota Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang sudah berangsur kondusif, namun situasi kota masih mencekam. Rencananya Senin (17/06/2013) besok, Tim dari Polda Papua bersama Anggota Brimob Detasemen A, Polda Papua akan dikirim ke Oksibil, Pegunungan Bintang. [Kompas/TabloidJubi| KomisiKepolisian]
I Gde Sumerta mengatakan, peristiwa itu bermula saat anggota Polres Pegunungan Bintang menggelar operasi penegakan ketertiban lalu lintas yang dipimpin oleh Wakapolres Pegunungan Bintang, Sabtu (15/6/2013) sore.
Dalam operasi yang digelar mulai pukul 15.00 hingga pukul 17.00 WIT itu, polisi menahan dua orang yang kedapatan mengendarai motor dalam keadaan mabuk.
Pada hari Minggu (16/06/2013), jelas I Gde Sumerta, seorang warga yang mabuk mencoba merusak sepeda motor milik anggota Polres Pegunungan Bintang. Briptu AK yang mencoba menangkap pelaku justru terlibat perkelahian dengan warga yang mabuk yang belakangan diketahui bernama Leo Almung.
Leo menderita luka memar dan harus dibawa ke rumah sakit. Kondisi Leo menimbulkan reaksi warga yang menduka Leo terluka akibat dianiaya aparat.
Kapolres Pegunungan Bintang yang datang ke lokasi untuk menenangkan warga, namun upayanya tidak membuahkan hasil. Warga justru semakin marah dan menyerang mapolres dan asrama polisi.
"Awalnya warga di TKP melakukan pelemparan rumah dinas, dan sekitar pukul 10.00 WIT, massa lain ikut bergabung menyerang mapolres. Mereka membakar mobil dan motor selanjutnya Mapolres," I Gde Sumerta menjelaskan.
Pembalasan Ketidakadilan
Sedangkan menurut salah satu warga Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang bernama Hengky Bidana, aksi yang menyebabkan barak polisi, sejumlah mobil dan motor patroli polisi, serta Kantor Polres Pegunungan Bintang terbakar merupakan pembalasan akibat ketidakadilan yang terjadi di daerah itu.
“Banyak masalah di sini. Ada kasus korupsi, judi togel dan yang mabuk ini kan stress karena putus sekolah, tidak ada pekerjaan. Jadi persoalan ada di pemerintah. Pemerintah tak perhatikan pendidikan anak putus sekolah. Sehingga kalau mau menyelesaikan persoalan, tidak bisa masyarakat dan polisi saja, pemerintah yang harus mengatasi masalah ini,” tutur Hengky melalui telepon genggamnya kepada wartawan saat dihubungi, Minggu.
Menurut Hengky, kejadian berawal dari kasus minuman keras . “Kemarin malan masyarakat yang bernama Raimond Kasibmabin dan Leo Almung mabuk lalu tidur di pertigaan Jalan Iwur. Di pingiran jalan itu ada kios. Pemilik kios merasa tergganggu dengan kehadiran orang mabuk yang tidur di jalan ini. Lalu melapor ke polisi, sehingga polisi datang mengamankan kedua orang mabuk ini dengan cara kekerasan,” katanya.
Selain itu, kata Hengky, saat isterinya Leo Almung mengantar Almung ke rumah sakit, tapi saat di rumah sakit, masih ada anggota polisi di sana. “Lalu polisi hajar lagi. Leo akhirnya lari ke kampung melaporkan apa yang dia alami. Warga tidak terima perilaku polisi itu, lalu serang markas polisi,” tuturnya.
“Lalu polisi balik membalas dengan membakar dua rumah warga. Kejadiannya kira-kira tadi pagi, sekitar jam sembilan pagi. Saat itu warga yang kecewa terhadap polisi yang melakukan penganiayaan terhadap Leo Almung, balik menyerang Polres Pengunungan Bintang,”
Selain itu, menurut Hengky, dari informasi tersebar saat penyerangan, anggota Polres Pengunungan Bintang panik dan lari tanpa memperhatikan nasib para tahanan.
“Akibatnya sejumlah orang tersadung kasus korupsi yang ada dalam tahanan polisi diduga ikut terbakar. Saat kejadian polisi lari karena tak siap mungkin. Warga bebas membakar, dokter Bob yang terlibat kasus korupsi 1 milyar dan orang-orang dalam tahanan dikabarkan juga ikut terbakar,” tuturnya.
Setelah warga mundur dari aksi penyerangan, anggota polisi kembali melakukan pembalasan. “Polisi mengejar para warga. Semua warga lari ke hutan. Tidak ada satu pun ada di kota. Saya sekarang ada di hutan ini Om. Ada yang panjat pohon, lalu pantau ke Kota Oksibil. Ada dua rumah dibakar pihak polisi, masing milik warga bernama Yance Kalakmabin dan Merukol Kalamabin, serta merusak beberapa rumah warga. Bunyi tembakan juga masih terdengar di Kota Oksibil,” katanya.
Akibat kejadian penyerangan ini, Mapolres Pegunungan Bintang hangus menjadi puing bersama dua mobil dan delapan buah motor. Seorang warga dikabarkan tertembak di kaki sementara sejumlah anggota Polri dan TNI terluka saat berupaya menenangkan warga.
Hingga malam ini, situasi di Kota Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang sudah berangsur kondusif, namun situasi kota masih mencekam. Rencananya Senin (17/06/2013) besok, Tim dari Polda Papua bersama Anggota Brimob Detasemen A, Polda Papua akan dikirim ke Oksibil, Pegunungan Bintang. [Kompas/TabloidJubi| KomisiKepolisian]