Provinsi Papua Miliki Lapangan Terbang Paling Banyak di Indonesia
pada tanggal
Friday, 3 May 2013
KOTA JAYAPURA - Jika ditanya, provinsi mana yang punya lapangan terbang paling banyak, maka jawabannya pastilah Provinsi Papua. "Papua memiliki lebih dari 300 lapangan terbang. Mulai berskala internasional, nasional, hingga lapangan terbang kecil yang hanya beralaskan tanah dan rumput," kata Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua, Bambang Sismanto.
Dari 300-an lapangan terbang itu, katanya, di Jayapura, Selasa, 30 persennya bisa didarati pesawat terbang propeler tipe Twin Otter. Dia salah satu tipe pesawat terbang kesayangan pilot penerbangan perintis karena sudah sangat terbukti handal dan bisa dipercaya.
Apalagi cuaca di Papua sangat sulit diprediksi, sangat mudah berubah dari sangat cerah menjadi berkabut dan hujan dalam sekejap mata. Belum lagi "jalur penerbangan" itu sering harus melintasi celah sempit antar gunung, bukit, dan lain-lain, yang menjadi tantangan tersendiri bagi insan kedirgantaraan di sana.
"Sedangkan lainnya itu masih berupa lapangan terbang rumput/tanah yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Pilatus dan lain-lain," katanya.
Ketika disinggung bagaiamana dengan pembangunan Bandar Udara Sinak, di Distrik (Kecamatan) Sinak, Kabupaten Puncak, Sismanto mengakui sumber pendanaannya 100 persen dari pemerintah pusat di Jakarta.
"Untuk Bandara Sinak didukung dana APBN Pusat. Secara bertahap dibangun mulai dari penyiapan lahan, dilanjutkan konstruksi pengaspalan, jadi tetap berjalan, namun secara bertahap," katanya.
Terkait status Bandar Udara Internasional Frans Kaisepo, di Biak, yang diharapkan jalur penerbangan internasionalnya dihidupkan kembali, Sismanto menjelaskan, bandara tersebut masih berstatus bandara Internasional.
Bandar udara ini pernah menjadi hub bagi penerbangan internasional dari Indonesia ke pantai barat Amerika Serikat.
Sama seperti bandara Sentani, di Kabupaten Jayapura, Bandar Moses Kilangin di Kabupaten Mimika dan Bandar Mopah di Kabupaten Merauke. [Antara]
Dari 300-an lapangan terbang itu, katanya, di Jayapura, Selasa, 30 persennya bisa didarati pesawat terbang propeler tipe Twin Otter. Dia salah satu tipe pesawat terbang kesayangan pilot penerbangan perintis karena sudah sangat terbukti handal dan bisa dipercaya.
Apalagi cuaca di Papua sangat sulit diprediksi, sangat mudah berubah dari sangat cerah menjadi berkabut dan hujan dalam sekejap mata. Belum lagi "jalur penerbangan" itu sering harus melintasi celah sempit antar gunung, bukit, dan lain-lain, yang menjadi tantangan tersendiri bagi insan kedirgantaraan di sana.
"Sedangkan lainnya itu masih berupa lapangan terbang rumput/tanah yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Pilatus dan lain-lain," katanya.
Ketika disinggung bagaiamana dengan pembangunan Bandar Udara Sinak, di Distrik (Kecamatan) Sinak, Kabupaten Puncak, Sismanto mengakui sumber pendanaannya 100 persen dari pemerintah pusat di Jakarta.
"Untuk Bandara Sinak didukung dana APBN Pusat. Secara bertahap dibangun mulai dari penyiapan lahan, dilanjutkan konstruksi pengaspalan, jadi tetap berjalan, namun secara bertahap," katanya.
Terkait status Bandar Udara Internasional Frans Kaisepo, di Biak, yang diharapkan jalur penerbangan internasionalnya dihidupkan kembali, Sismanto menjelaskan, bandara tersebut masih berstatus bandara Internasional.
Bandar udara ini pernah menjadi hub bagi penerbangan internasional dari Indonesia ke pantai barat Amerika Serikat.
Sama seperti bandara Sentani, di Kabupaten Jayapura, Bandar Moses Kilangin di Kabupaten Mimika dan Bandar Mopah di Kabupaten Merauke. [Antara]