Rumah Adat Sentani, Walofo Mauw Perlu Dilestarikan
pada tanggal
Monday, 8 April 2013
ASEI (JAYAPURA) - Rumah adat Walofo Mauw asal Kampung Asei, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, perlu dirawat dan dilestarikan, karena sudah jarang ditemukan, kata seorang staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto, Selasa.
"Seperti pada masyarakat lainnya di Papua, setiap suku umumnya memiliki rumah adat sebagai lembaga pendidikan tradisional guna menyiapkan anak/remaja dalam proses inisiasi dengan keterampilan, nilai/norma-norma, tata krama untuk memasuki usia dewasa dan hidup mandiri sebagai anggota masyarakat," katanya.
Di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani juga masyarakatnya memiliki rumah adat Walofo Mauw yang digunakan sebagai media pendidikan bagi anak dan remaja, khususnya laki-laki. Rumah adat Walofo Mauw di Pulau Asei itu memiliki atap berbentuk kerucut.
Rumah Walofo Mauw itu mempunyai tiga tingkatan. Tingkatan pertama sebagai tempat anak-anak yang mengikuti inisiasi, lalu tingkatan kedua sebagai tempat dari para pengajar dan tingkatan ketiga sebagai tempat dari "Dewa Bhome" yang diyakini sebagai penguasa dari Pulau Asei.
"Saat ini masih ada satu rumah Walofo Mauw di Pulau Asei, tapi kondisinya tidak terawat, karena sebagian atap rumbianya terlepas," katanya.
Rencananya, rumah itu akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya masyarakat, tetapi hingga saat ini rumah tersebut tidak difungsikan.
"Rumah adat Walofo Mauw harus dilestarikan sebagai warisan budaya Sentani, yaitu dengan mengganti atap rumbia secara berkala dan membersihkannya tiap hari," katanya.
Ia menilai rumah adat ini dapat menjadi daya tarik wisata dan dapat mendukung rangkaian Festival Danau Sentani. "Perlu ada kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat guna melestarikan rumah adat," katanya. [CloudPapua]
"Seperti pada masyarakat lainnya di Papua, setiap suku umumnya memiliki rumah adat sebagai lembaga pendidikan tradisional guna menyiapkan anak/remaja dalam proses inisiasi dengan keterampilan, nilai/norma-norma, tata krama untuk memasuki usia dewasa dan hidup mandiri sebagai anggota masyarakat," katanya.
Di Pulau Asei, pulau kecil di tengah Danau Sentani juga masyarakatnya memiliki rumah adat Walofo Mauw yang digunakan sebagai media pendidikan bagi anak dan remaja, khususnya laki-laki. Rumah adat Walofo Mauw di Pulau Asei itu memiliki atap berbentuk kerucut.
Rumah Walofo Mauw itu mempunyai tiga tingkatan. Tingkatan pertama sebagai tempat anak-anak yang mengikuti inisiasi, lalu tingkatan kedua sebagai tempat dari para pengajar dan tingkatan ketiga sebagai tempat dari "Dewa Bhome" yang diyakini sebagai penguasa dari Pulau Asei.
"Saat ini masih ada satu rumah Walofo Mauw di Pulau Asei, tapi kondisinya tidak terawat, karena sebagian atap rumbianya terlepas," katanya.
Rencananya, rumah itu akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya masyarakat, tetapi hingga saat ini rumah tersebut tidak difungsikan.
"Rumah adat Walofo Mauw harus dilestarikan sebagai warisan budaya Sentani, yaitu dengan mengganti atap rumbia secara berkala dan membersihkannya tiap hari," katanya.
Ia menilai rumah adat ini dapat menjadi daya tarik wisata dan dapat mendukung rangkaian Festival Danau Sentani. "Perlu ada kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat guna melestarikan rumah adat," katanya. [CloudPapua]