Pecinta Lingkungan Sayangkan Penebangan Pohon Beringin Kantor Gubernur
pada tanggal
Tuesday, 23 April 2013
KOTA JAYAPURA - Aktivis pencinta lingkungan dari Greenpeace Papua Ricarth Charles Tawaru menyayangkan penebangan pohon beringin yang ada di halaman kantor gubernur Provinsi Papua.
"Kami sangat sesalkan dan sayangkan, mengapa sampai pohon beringin yang ada di halaman kantor gubernur Papua yang terletak di jalan Soa Siu ditebang," kata Ricarth saat dihubungi pers di Jayapura, Minggu.
Ia mengatakan kebijakan penebangan pohon beringin itu diperintahkan langsung oleh Gubernur Lukas Enembe dengan alasan ingin mengubah tata halaman kantor gubernur dengan sebuah taman yang indah.
"Pak Gubernur Lukas ingin membuat taman yang indah dengan memotong habis pohon beringin yang telah ada puluhan tahun lamanya," katanya.
Ricarth sampaikan tidak seharusnya seorang pemimpin Papua yang baru dilantik memangkas habis pohon beringin yang menjadi lambang perdamaian tersebut. Karena hal itu bisa saja menjadi contoh dan pertanda yang kurang baik bagi kepemimpinannya.
"Pohon beringin ini mempunyai nilai sejarah sangat tinggi bagi orang Papua, mengapa sampai harus ditebang? Sebaiknya dipangkas dan dirapikan, bukan dengan menebang dan menggantikan dengan taman," katanya.
Menurut dia, jika pun nantinya digantikan dengan taman yang indah dan bagus tetapi untuk menunggu sebuah pohon atau pun tanaman bertumbuh dengan baik memerlukan waktu yang sangat lama dan itu perlu perawatan yang berlanjut.
"Saya kira semua orang Papua yang mendengar tentang hal ini banyak yang tidak setuju dengan kebijakan beliau (Gubernur Lukas,red)," katanya.
Ia juga meminta kepada pencinta alam dan masyarakat yang ada di daerah tersebut seharusnya bisa mengambil tindakan yang nyata misalnya melakukan aksi protes dan keberatan dengan penebangan pohon beringin tersebut.
"Seharusnya para aktivis pencinta lingkungan dan warga masyarakat yang ada di Kota Jayapura dan sekitarnya memprotes keras penebangan pohon beringin itu. Kita menanam dan merawat satu pohon saja membutuhkan waktu yang lama, sebaliknya jika kita ingin merusak dan menebang pohon hanya memerlukan waktu beberapa jam saja," katanya.
Informasi yang didapatkan Antara Jayapura dari berbagai sumber, pohon beringin itu ditanam oleh Perdana Menteri Papua New Guinea (PNG) Michael Somare pada zaman Gubernur Irian Jaya (Papua,red) Mayjen TNI (Purn) Soetran di tahun 1976.
Yang mana pohon beringin tersebut ditanam untuk membuka dan membina hubungan baik antara masyarakat Papua dengan PNG, sehingga pohon tersebut dinilai mempunyai sejarah yang sangat tinggi dan hubungan emosional dengan pemerintahan negara tetangga, PNG.
Penebangan pohon tersebut mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat luas di Kota Jayapura dan sekitarnya, baik itu lewat media lokal hingga dijejarang sosial. Bahkan Wali Kota Jayapura Benhur Tomy Mano menyayangkan penebangan pohon beringin tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sekertaris Eksekutif Forum Kerjasama LSM Papua Lien Maloawali. "Kami sangat menyayangkan pohon yang mempunyai nilai sejarah ditebang," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe mengatakan ia akan menata kembali halaman kantornya yang terletak di jalan Soa Siu termasuk dengan menebang pohon beringin yang ada di situ dengan menggantikan taman yang baru dan indah. "Saya akan perintahkan tebang pohon beringin itu dan diganti dengan taman," katanya.
Dan pada Jumat (19/4) pagi hingga sore sejumlah petugas dari dinas terkait mulai menebang pohon beringin tersebut. Sejumlah warga masyarakat yang lalu-lalang di depan kantor gubernur menyempatkan diri untuk melihat, tak sedikit pula PNS yang ada di lingkungan gubernur-an Papua ikut menyaksikan penebangan pohon beringin tersebut. [Antara| TabloidJubi]
"Kami sangat sesalkan dan sayangkan, mengapa sampai pohon beringin yang ada di halaman kantor gubernur Papua yang terletak di jalan Soa Siu ditebang," kata Ricarth saat dihubungi pers di Jayapura, Minggu.
Ia mengatakan kebijakan penebangan pohon beringin itu diperintahkan langsung oleh Gubernur Lukas Enembe dengan alasan ingin mengubah tata halaman kantor gubernur dengan sebuah taman yang indah.
"Pak Gubernur Lukas ingin membuat taman yang indah dengan memotong habis pohon beringin yang telah ada puluhan tahun lamanya," katanya.
Ricarth sampaikan tidak seharusnya seorang pemimpin Papua yang baru dilantik memangkas habis pohon beringin yang menjadi lambang perdamaian tersebut. Karena hal itu bisa saja menjadi contoh dan pertanda yang kurang baik bagi kepemimpinannya.
"Pohon beringin ini mempunyai nilai sejarah sangat tinggi bagi orang Papua, mengapa sampai harus ditebang? Sebaiknya dipangkas dan dirapikan, bukan dengan menebang dan menggantikan dengan taman," katanya.
Menurut dia, jika pun nantinya digantikan dengan taman yang indah dan bagus tetapi untuk menunggu sebuah pohon atau pun tanaman bertumbuh dengan baik memerlukan waktu yang sangat lama dan itu perlu perawatan yang berlanjut.
"Saya kira semua orang Papua yang mendengar tentang hal ini banyak yang tidak setuju dengan kebijakan beliau (Gubernur Lukas,red)," katanya.
Ia juga meminta kepada pencinta alam dan masyarakat yang ada di daerah tersebut seharusnya bisa mengambil tindakan yang nyata misalnya melakukan aksi protes dan keberatan dengan penebangan pohon beringin tersebut.
"Seharusnya para aktivis pencinta lingkungan dan warga masyarakat yang ada di Kota Jayapura dan sekitarnya memprotes keras penebangan pohon beringin itu. Kita menanam dan merawat satu pohon saja membutuhkan waktu yang lama, sebaliknya jika kita ingin merusak dan menebang pohon hanya memerlukan waktu beberapa jam saja," katanya.
Informasi yang didapatkan Antara Jayapura dari berbagai sumber, pohon beringin itu ditanam oleh Perdana Menteri Papua New Guinea (PNG) Michael Somare pada zaman Gubernur Irian Jaya (Papua,red) Mayjen TNI (Purn) Soetran di tahun 1976.
Yang mana pohon beringin tersebut ditanam untuk membuka dan membina hubungan baik antara masyarakat Papua dengan PNG, sehingga pohon tersebut dinilai mempunyai sejarah yang sangat tinggi dan hubungan emosional dengan pemerintahan negara tetangga, PNG.
Penebangan pohon tersebut mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat luas di Kota Jayapura dan sekitarnya, baik itu lewat media lokal hingga dijejarang sosial. Bahkan Wali Kota Jayapura Benhur Tomy Mano menyayangkan penebangan pohon beringin tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sekertaris Eksekutif Forum Kerjasama LSM Papua Lien Maloawali. "Kami sangat menyayangkan pohon yang mempunyai nilai sejarah ditebang," katanya.
Sebelumnya, Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe mengatakan ia akan menata kembali halaman kantornya yang terletak di jalan Soa Siu termasuk dengan menebang pohon beringin yang ada di situ dengan menggantikan taman yang baru dan indah. "Saya akan perintahkan tebang pohon beringin itu dan diganti dengan taman," katanya.
Dan pada Jumat (19/4) pagi hingga sore sejumlah petugas dari dinas terkait mulai menebang pohon beringin tersebut. Sejumlah warga masyarakat yang lalu-lalang di depan kantor gubernur menyempatkan diri untuk melihat, tak sedikit pula PNS yang ada di lingkungan gubernur-an Papua ikut menyaksikan penebangan pohon beringin tersebut. [Antara| TabloidJubi]