Pastor Jhon Jonga Rilis Nama-nama Korban Meninggal di Samenage
pada tanggal
Wednesday, 24 April 2013
WAMENA (JAYAWIJAYA) - Peraih Yap Thiam Hien Award 2009, Bidang Penegakan Hak Asasi Manusia, Pastor Jhon Jonga akhirnya mempublikasikan nama-nama korban meninggal akibat sakit penyakit 61 warga Distrik Samenage di Kabubaten Yahukimo kepada wartawan, Jumat (19/04/2013) sore di Aula Pastoran Katolik Wamena. Ternyata tidak hanya 61 orang yang meninggal, namun ada 62 nama yang tercatat telah meninggal dan mayatnya telah dibakar. Ini merupakan tradisi budaya setempat.
Pastor Jhon Jonga tidak sendiri dalam memberi keterangan kepada wartawan, ia ditemani Tim Investigasinya yaitu Damianus Wetapo, Ferry Aso, Patris Watipo, Theo Hesegem, Dorcas Kossay, Lidia Siep, Ida Huby, Asri Elisabeth.
“Rendahnya pelayanan di bidang kesehatan ini membuat banyak warga yang sakit tidak tertolong bahkan banyak di antaranya meninggal. Jika ada yang sakit berat dan keluarga memiliki biaya untuk transportasi, maka pasien tersebut akan di bawa ke Wamena. Namun banyak juga yang dibiarkan begitu saja dan akhirnya meninggal. Selama kurang lebih tiga bulan yaitu bulan Januari-Maret 2013, sudah 61 warga distrik Samenage yang meninggal dunia,”ujarnya.
Kata Pastor, laporan masyarakat dan juga para kader, petugas kesehatan (mantri) sudah lama tidak berada di Kampung sehingga pelayanan tidak berjalan dengan baik. Masyarakat tidak bisa sepenuhnya berharap pada kader, karena kemampuan kader sangat terbatas dan membutuhkan pendampingan. Ada juga laporan dari masyarakat bahwa saat memberikan pelayanan, ada kader yang meminta bayaran kepada masyarakat.
Kata dia, bahkan pada saat tim baru sampai di Lapangan terbang Sawageit pada 26 Maret 2013, tim mendapati masyarakat membawa dengan tandu seorang perempuan muda dari kampung Hugi lokon karena sudah dalam kondisi gawat untuk kemudian diterbangkan ke Wamena. Yang bersangkutan menderita perut, kaki, tangan bengkak dan kulit kekuning-kuningan. Pada saat tim kembali dari Distrik Samenage pada tanggal 2 April, pasien tersebut masih berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah Wamena.
Semetara itu Dorcas Kossay, mengungkapkan pelayanan kesehatan untuk Ibu dan anak seperti Posyandu, pemeriksaan ibu hamil, penimbangan bayi balita, imunisasi di tempat ini juga tidak berjalan. “Sementara di Puskesmas, obat-obatan berhamburan di dalam ruangan dan tidak terpakai. Kami hanya melihat dari balik jendela dan tidak berani masuk.”ujarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para kader dan melihat diagnosa penyakit selama tim mengadakan pengobatan gratis, dominan penyakit yang banya diderita oleh masyarakat adalah limpah, malaria klinis, scabies, diare, asma, cacingan, dan kekurangan gizi, flu, demam panas.
Tidak adanya program pendampingan untuk kesehatan ibu dan anak membuat kualitas kesehatan ibu dan anak menjadi sangat rendah. Kehamilan yang tidak terkontrol juga menjadi masalah yang sangat mudah terlihat. Saat tim berkunjung, sebagian besar ibu-ibu yang ditemui dalam kondisi hamil.
“Kami sudah bertemu Wakil Bupati, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo. Kepada kami Wakil Bupati menegaskan dirinya gagal melakukan pengawasan sedangkan Kepala Dinas Kesehatan mengakui dirinya gagal menangani para petugas medis disana. Dia mengaku gagal menjalankan tugasnya selama tiga tahun dan sudah berencana akan mengundurkan diri,”ujarnya. [SuaraPembaruan| ]
Pastor Jhon Jonga tidak sendiri dalam memberi keterangan kepada wartawan, ia ditemani Tim Investigasinya yaitu Damianus Wetapo, Ferry Aso, Patris Watipo, Theo Hesegem, Dorcas Kossay, Lidia Siep, Ida Huby, Asri Elisabeth.
“Rendahnya pelayanan di bidang kesehatan ini membuat banyak warga yang sakit tidak tertolong bahkan banyak di antaranya meninggal. Jika ada yang sakit berat dan keluarga memiliki biaya untuk transportasi, maka pasien tersebut akan di bawa ke Wamena. Namun banyak juga yang dibiarkan begitu saja dan akhirnya meninggal. Selama kurang lebih tiga bulan yaitu bulan Januari-Maret 2013, sudah 61 warga distrik Samenage yang meninggal dunia,”ujarnya.
Kata Pastor, laporan masyarakat dan juga para kader, petugas kesehatan (mantri) sudah lama tidak berada di Kampung sehingga pelayanan tidak berjalan dengan baik. Masyarakat tidak bisa sepenuhnya berharap pada kader, karena kemampuan kader sangat terbatas dan membutuhkan pendampingan. Ada juga laporan dari masyarakat bahwa saat memberikan pelayanan, ada kader yang meminta bayaran kepada masyarakat.
Kata dia, bahkan pada saat tim baru sampai di Lapangan terbang Sawageit pada 26 Maret 2013, tim mendapati masyarakat membawa dengan tandu seorang perempuan muda dari kampung Hugi lokon karena sudah dalam kondisi gawat untuk kemudian diterbangkan ke Wamena. Yang bersangkutan menderita perut, kaki, tangan bengkak dan kulit kekuning-kuningan. Pada saat tim kembali dari Distrik Samenage pada tanggal 2 April, pasien tersebut masih berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah Wamena.
Semetara itu Dorcas Kossay, mengungkapkan pelayanan kesehatan untuk Ibu dan anak seperti Posyandu, pemeriksaan ibu hamil, penimbangan bayi balita, imunisasi di tempat ini juga tidak berjalan. “Sementara di Puskesmas, obat-obatan berhamburan di dalam ruangan dan tidak terpakai. Kami hanya melihat dari balik jendela dan tidak berani masuk.”ujarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para kader dan melihat diagnosa penyakit selama tim mengadakan pengobatan gratis, dominan penyakit yang banya diderita oleh masyarakat adalah limpah, malaria klinis, scabies, diare, asma, cacingan, dan kekurangan gizi, flu, demam panas.
Tidak adanya program pendampingan untuk kesehatan ibu dan anak membuat kualitas kesehatan ibu dan anak menjadi sangat rendah. Kehamilan yang tidak terkontrol juga menjadi masalah yang sangat mudah terlihat. Saat tim berkunjung, sebagian besar ibu-ibu yang ditemui dalam kondisi hamil.
“Kami sudah bertemu Wakil Bupati, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo. Kepada kami Wakil Bupati menegaskan dirinya gagal melakukan pengawasan sedangkan Kepala Dinas Kesehatan mengakui dirinya gagal menangani para petugas medis disana. Dia mengaku gagal menjalankan tugasnya selama tiga tahun dan sudah berencana akan mengundurkan diri,”ujarnya. [SuaraPembaruan| ]