Negara Telah Lakukan Pembiaran atas Kematian 95 Orang di Kabupaten Tambrauw
pada tanggal
Thursday, 4 April 2013
JAKARTA - Negara dinilai telah melakukan pembiaran atas insiden kematian massal masyarakat adat di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Sejak November 2012 hingga Februari 2013, 535 orang terjangkit penyakit dan 95 orang meninggal dunia.
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang menemukan fakta itu di lapangan, menilai telah terjadi indikasi pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh negara, "Dengan melakukan pembiaran hingga masyarakat menjadi korban."
Lewat siaran pers, Rabu (3/4), AMAN meminta adanya tim bantuan untuk membantu manusia yang sakit dengan melakukan pengobatan, perawatan dan pelayanan sesegera mungkin.
Ormas yang beranggotakan komunitas-komunitas masyarakat adat dari berbagai pelosok nusantara ini juga meminta diadakan konseling, dan penguatan psikologis bagi masyarakat yang mengalami kehilangan anggota keluarga untuk mencegah trauma yang berkepanjangan.
AMAN juga meminta pembentukan tim investigasi independen untuk melakukan penyelidikan kematian massal tersebut.
Kemarin Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono, mengatakan segera mengecek temuan AMAN itu.
"Saya harus cek dulu apa benar begitu banyak korban karena kelaparan, atau karena hal lain," kata Agung di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (2/4).
Meski demikian, lanjut Agung, pihaknya segera melakukan langkah-langkah darurat. Lebih jauh dia menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak menentu di Papua menjadi berbagai cikal bakal penyakit muncul hingga terkadang sampai menimbulkan korban.
"Pemda setempat sudah melakukan langkah-langkah darurat di sana. Jadi tergantung keadaan cuaca yang sering muncul, cuaca ekstrim yang sering muncul di Papua seperti di pegunungan, ini juga pernah terjadi di 2006. Jadi bukan kronis tapi memang keadaan cuaca," jelasnya.
Seperti diberitakan, 95 orang meninggal karena dijangkit berbagai penyakit. Jenis penyakit yang diderita kebanyakan warga adalah busung lapar atau kekurangan gizi dan gatal-gatal.
Wabah ini telah menyebar di beberapa kampung yaitu Kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuweis dan Krisnos.
"Sejak awal masyarakat sudah lapor ke Dinas Kesehatan, tapi tidak ada tindak lanjut. Ketika korban mulai berjatuhan, baru Dinas Kesehatan merespons," kata Kostan, pegiat AMAN Sorong Raya, saat dihubungi merdeka di Papua Barat, kemarin.
Kostan menegaskan, pihaknya berani mempertanggungjawabkan laporan soal kematian massal itu. Dia merinci, di Kampung Baddei terdapat 250 orang sakit dan 45 orang meninggal dunia; Kampung Jokjoker 210 sakit dan 15 orang meninggal dunia; Kampung Kosefa 75 sakit dan 35 orang meninggal dunia.
[Merdeka]
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang menemukan fakta itu di lapangan, menilai telah terjadi indikasi pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh negara, "Dengan melakukan pembiaran hingga masyarakat menjadi korban."
Lewat siaran pers, Rabu (3/4), AMAN meminta adanya tim bantuan untuk membantu manusia yang sakit dengan melakukan pengobatan, perawatan dan pelayanan sesegera mungkin.
Ormas yang beranggotakan komunitas-komunitas masyarakat adat dari berbagai pelosok nusantara ini juga meminta diadakan konseling, dan penguatan psikologis bagi masyarakat yang mengalami kehilangan anggota keluarga untuk mencegah trauma yang berkepanjangan.
AMAN juga meminta pembentukan tim investigasi independen untuk melakukan penyelidikan kematian massal tersebut.
Kemarin Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono, mengatakan segera mengecek temuan AMAN itu.
"Saya harus cek dulu apa benar begitu banyak korban karena kelaparan, atau karena hal lain," kata Agung di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (2/4).
Meski demikian, lanjut Agung, pihaknya segera melakukan langkah-langkah darurat. Lebih jauh dia menjelaskan, kondisi cuaca yang tidak menentu di Papua menjadi berbagai cikal bakal penyakit muncul hingga terkadang sampai menimbulkan korban.
"Pemda setempat sudah melakukan langkah-langkah darurat di sana. Jadi tergantung keadaan cuaca yang sering muncul, cuaca ekstrim yang sering muncul di Papua seperti di pegunungan, ini juga pernah terjadi di 2006. Jadi bukan kronis tapi memang keadaan cuaca," jelasnya.
Seperti diberitakan, 95 orang meninggal karena dijangkit berbagai penyakit. Jenis penyakit yang diderita kebanyakan warga adalah busung lapar atau kekurangan gizi dan gatal-gatal.
Wabah ini telah menyebar di beberapa kampung yaitu Kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuweis dan Krisnos.
"Sejak awal masyarakat sudah lapor ke Dinas Kesehatan, tapi tidak ada tindak lanjut. Ketika korban mulai berjatuhan, baru Dinas Kesehatan merespons," kata Kostan, pegiat AMAN Sorong Raya, saat dihubungi merdeka di Papua Barat, kemarin.
Kostan menegaskan, pihaknya berani mempertanggungjawabkan laporan soal kematian massal itu. Dia merinci, di Kampung Baddei terdapat 250 orang sakit dan 45 orang meninggal dunia; Kampung Jokjoker 210 sakit dan 15 orang meninggal dunia; Kampung Kosefa 75 sakit dan 35 orang meninggal dunia.
[Merdeka]