Bassis Band Airmood, Akon Merdy Bonay, Meninggal Dunia
pada tanggal
Tuesday, 30 April 2013
KOTA JAYAPURA - Bersama dengan Ian Gebze gitaris, Dicky Mamoribo keyboard, Koka, penabuh drum, Bichick Muabuay dan William Rumbewas vocalis, Akon Merdy Bonay mulai memasuki blantika musik Indonesia dengan nama Grup Band Airmood di Jakarta sekitar 1980 an.
Namun sang putra Gubernur Irian Barat, 1963-1964 almarhum Eliezer Yan Bonay yang selalu memegang alat musik favoritnya bass yang dentuman mirip pentolan bass dunia, Stanley Clark, kini telah tiada.
Freddrik Chaay salah satu seniman asal Kota Jayapura mengatakan sangat kehilangan seniman Papua yang banyak menulis lirik lagu-lagu Papua bersama Rio Grime. Menurut Fredd Chaay almarhum Akon Bonay datang bersama Dicky Mamoribo melakukan show bersama Rio Grime di Kota Ombak Rusa Sarmi.
“Setelah itu mereka tinggal untuk mengisi acara di Papua TV Mandiri namun belum selesai acara Akon terjatuh dan dibawa ke RSUD Dok II. Tetapi tak tertolong dan meninggal dunia,” kata Chaay rekan seangkatan almarhum semasa hidup di Kota Jayapura.
“Akon Merdi Bonay telah pergi Rabu (24/04/2013) malam dan kami menemaninya di RSUD,” kata Freedy Chaay kepada wartawan Kamis (25/04/2013).
Dia menambahkan "Jenazah saat ini disemayamkan di rumah keluarga besar Bonay di Angkasa Indah sambil menunggu isteri dan kedua anaknya dari Jakarta. Hal senada juga dikatakan Ricky Dajoh Manager Operasional Papua TV dalam facebooknya menyebut lagu terakhir yang dibawakan om Akon berjudul Wonderfull to Night di Taman Imbi Port Numbay".
Ricky Dajoh mengatakan om Akon rencananya mau shooting di Papuatv dengan om Decky dan om Bicik. “Kita sudah atur skenarionya. Om Akon sempat diajak keliling studio dan sangat senang, tapi siapa sangka, jalan hidup ini begitu cepat terjadi," tulis Ricky Dajoh dalam facebooknya.
Sedang penyanyi jazz, Lala Suages dalam dukacitanya menuturkan, "Om Akon kalau bawain lagu Home begitu indah."
Ia selalu lebih dekat dengan gaya musik jazz dan black musik. Stanley Clark, Earl Klug dan George Benson termasuk Washington Grove musisi sax selalu didengarnya. Apalagi gaya bass melody seperti Stanley Clark selalu identik dengan dentuman bassnya.
Bahkan dalam musik-musik regae, dia selalu menambah beat-beat gaya irama khas Papua dengan petikan bass nuansa Pasifik. Ibaratnya petikan bass stenbass orang Papua saat bermain musik yosim pancar itulah kelebihan Akon Merdy Bonay.
Selanjutnya mereka membentuk Grup Abresso Voice dan sempat melakukan show keliling pulau Jawa. Musik reggae era 1980 an masih belum mendapat tempat di telinga orang Indonesia pada waktu itu. Ian Gebze melalu Kasuari Enteprise mulai bekerja sama dengan pihak Taman Hiburan Ancol guna menggelar Reggae Night setiap tiga bulan. Musik Reggae yang dipelopori oleh Abbreso pun mulai bersinar, terlebih salah seorang penyanyi reggae asal Jamaica yang dilabeli dengan nama Jimmy Randongkir
Abresso Reggae Band juga pernah diundang manggung di Universitas Parahiyangan Bandung dan saat itu Klemen Tinal menjabat sebagai Ketua Panitia Malam Seni dan Musik di Universitas Katolik Parahiyangan, Bandung. Paling tidak Abresso bersama Jimmy Randongkir telah mengenalkan musik reggae gaya Papua di seluruh tanah Jawa. Tak heran kalau sekarang musik reggae sudah bukan barang asing lagi bagi telinga orang Indonesia dan juga masyarakat di Tanah Papua. [TabloidJubi| TabloidJubi]
Namun sang putra Gubernur Irian Barat, 1963-1964 almarhum Eliezer Yan Bonay yang selalu memegang alat musik favoritnya bass yang dentuman mirip pentolan bass dunia, Stanley Clark, kini telah tiada.
Freddrik Chaay salah satu seniman asal Kota Jayapura mengatakan sangat kehilangan seniman Papua yang banyak menulis lirik lagu-lagu Papua bersama Rio Grime. Menurut Fredd Chaay almarhum Akon Bonay datang bersama Dicky Mamoribo melakukan show bersama Rio Grime di Kota Ombak Rusa Sarmi.
“Setelah itu mereka tinggal untuk mengisi acara di Papua TV Mandiri namun belum selesai acara Akon terjatuh dan dibawa ke RSUD Dok II. Tetapi tak tertolong dan meninggal dunia,” kata Chaay rekan seangkatan almarhum semasa hidup di Kota Jayapura.
“Akon Merdi Bonay telah pergi Rabu (24/04/2013) malam dan kami menemaninya di RSUD,” kata Freedy Chaay kepada wartawan Kamis (25/04/2013).
Dia menambahkan "Jenazah saat ini disemayamkan di rumah keluarga besar Bonay di Angkasa Indah sambil menunggu isteri dan kedua anaknya dari Jakarta. Hal senada juga dikatakan Ricky Dajoh Manager Operasional Papua TV dalam facebooknya menyebut lagu terakhir yang dibawakan om Akon berjudul Wonderfull to Night di Taman Imbi Port Numbay".
Ricky Dajoh mengatakan om Akon rencananya mau shooting di Papuatv dengan om Decky dan om Bicik. “Kita sudah atur skenarionya. Om Akon sempat diajak keliling studio dan sangat senang, tapi siapa sangka, jalan hidup ini begitu cepat terjadi," tulis Ricky Dajoh dalam facebooknya.
Sedang penyanyi jazz, Lala Suages dalam dukacitanya menuturkan, "Om Akon kalau bawain lagu Home begitu indah."
Ia selalu lebih dekat dengan gaya musik jazz dan black musik. Stanley Clark, Earl Klug dan George Benson termasuk Washington Grove musisi sax selalu didengarnya. Apalagi gaya bass melody seperti Stanley Clark selalu identik dengan dentuman bassnya.
Bahkan dalam musik-musik regae, dia selalu menambah beat-beat gaya irama khas Papua dengan petikan bass nuansa Pasifik. Ibaratnya petikan bass stenbass orang Papua saat bermain musik yosim pancar itulah kelebihan Akon Merdy Bonay.
Selanjutnya mereka membentuk Grup Abresso Voice dan sempat melakukan show keliling pulau Jawa. Musik reggae era 1980 an masih belum mendapat tempat di telinga orang Indonesia pada waktu itu. Ian Gebze melalu Kasuari Enteprise mulai bekerja sama dengan pihak Taman Hiburan Ancol guna menggelar Reggae Night setiap tiga bulan. Musik Reggae yang dipelopori oleh Abbreso pun mulai bersinar, terlebih salah seorang penyanyi reggae asal Jamaica yang dilabeli dengan nama Jimmy Randongkir
Abresso Reggae Band juga pernah diundang manggung di Universitas Parahiyangan Bandung dan saat itu Klemen Tinal menjabat sebagai Ketua Panitia Malam Seni dan Musik di Universitas Katolik Parahiyangan, Bandung. Paling tidak Abresso bersama Jimmy Randongkir telah mengenalkan musik reggae gaya Papua di seluruh tanah Jawa. Tak heran kalau sekarang musik reggae sudah bukan barang asing lagi bagi telinga orang Indonesia dan juga masyarakat di Tanah Papua. [TabloidJubi| TabloidJubi]