Bakar Batu, Pesta Makanan Lezat dan Sehat ala Suku Dani
pada tanggal
Friday, 5 April 2013
OBIA (JAYAWIJAYA) - Bakar Batu adalah pesta yang sehat ala Suku Dani, Papua. Ini adalah memasak makanan tanpa menggunakan bahan kimia sedikit pun. Biasanya, mereka mengadakan ini saat ada turis yang datang atau acara adat. Bagaimana rasanya?
Budaya dan tradisi suku-suku di Papua selalu menarik untuk dipelajari. Setiap ritual atau prosesi adatnya memiliki nilai-nilai luhur dan makna yang dalam. Saat traveling ke Wamena, Anda akan bertemu Suku Dani yang mempunyai ritual adat berupa bakar batu.
detikTravel berkesempatan mengunjungi Suku Dani di Kampung Obia, Distrik Kurulu, Wamena. Suku Dani merupakan salah satu suku terbesar di Papua. Mereka tinggal di wilayah pegunungan, berbeda dengan Suku Asmat atau Kamoro yang tinggal di pesisir pantai.
Salah satu tradisi unik dari Suku Dani adalah Bakar Batu. Ini adalah suatu perayaan atau pesta yang biasa dilakukan saat menyambut kelahiran, pernikahan, tanda bersyukur, upacara kematian, hingga pesta setelah perang usai.
"Sekarang Bakar Batu juga menjadi atraksi pertunjukan bagi turis yang datang ke Wamena," kata pemandu setempat, Sakeus Dabi.
Pertama-tama, para Mama (sebutan bagi wanita tua di papua) menyiapkan ubi-ubi, jerami dan daun-daun, serta kayu dan batu. Lalu, seorang pria Suku Dani membuat api dengan menggesekan kedua kayu hingga memunculkan api dan lalu digunakan untuk membakar batu.
Ketika batu sudah dirasa panas, kemudian dimasukanlah ke dalam lubang yang sudah diisi rumput dan disusun memenuhi lubang. Lalu, ubi dimasukkan dan disusun agar bisa matang dengan merata.
Tak sampai situ, bagian atas ubi ditutup lagi dengan menggunakan rumput dan batu-batu panas. Asyiknya, wisatawan boleh membantu Mama dan mencoba langsung kegiatan Bakar Batu ini.
Saat ubi matang, para Mama akan membuka jerami tersebut dan menghidangkan ubi-ubi yang masih panas. Asap mengepul dan aroma wanginya membuat siapa pun tak sabar ingin melahap. Nyam! Rasanya sangat enak!
Rasa enak tersebut didapat dari proses memasak secara alami. Tanpa bahan pengawet atau perasa tambahan, rasa ubinya benar-benar nikmat. Tak perlu takut kehabisan, para Mama selalu menyediakan banyak ubi yang siap dimasak kembali.
Selain itu, ada nilai positif dari Bakar batu ini. Bakar Batu juga melambangkan gotong royong antar sesama. Para pria mencari kayu bakar dan membuat api, serta para Mama bersama-sama membakar ubi. Rasa kekeluargaan begitu erat akan terasa saat Anda menyantap ubi tersebut di tengah-tengah mereka. Suku Dani sangat ramah kepada wisatawan. Apalagi anak-anak kecilnya, menggemaskan!
Dari pedalaman Papua, ada pelajaran tentang kebersamaan. Enaknya ubi dari Bakar Batu juga mengingatkan, kalau budaya dan tradisi leluhur memberikan banyak nilai-nilai luhur. Tanpa harus bahan kimia, ubi tersebut sangat nikmat walau hanya dibakar dengan api.
"Kita akan terus menjaga tradisi Bakar Batu ini, dari zaman leluhur hingga nanti," ungkap Sakeus dengan penuh harapan. [DetikTravel]
Budaya dan tradisi suku-suku di Papua selalu menarik untuk dipelajari. Setiap ritual atau prosesi adatnya memiliki nilai-nilai luhur dan makna yang dalam. Saat traveling ke Wamena, Anda akan bertemu Suku Dani yang mempunyai ritual adat berupa bakar batu.
detikTravel berkesempatan mengunjungi Suku Dani di Kampung Obia, Distrik Kurulu, Wamena. Suku Dani merupakan salah satu suku terbesar di Papua. Mereka tinggal di wilayah pegunungan, berbeda dengan Suku Asmat atau Kamoro yang tinggal di pesisir pantai.
Salah satu tradisi unik dari Suku Dani adalah Bakar Batu. Ini adalah suatu perayaan atau pesta yang biasa dilakukan saat menyambut kelahiran, pernikahan, tanda bersyukur, upacara kematian, hingga pesta setelah perang usai.
"Sekarang Bakar Batu juga menjadi atraksi pertunjukan bagi turis yang datang ke Wamena," kata pemandu setempat, Sakeus Dabi.
Pertama-tama, para Mama (sebutan bagi wanita tua di papua) menyiapkan ubi-ubi, jerami dan daun-daun, serta kayu dan batu. Lalu, seorang pria Suku Dani membuat api dengan menggesekan kedua kayu hingga memunculkan api dan lalu digunakan untuk membakar batu.
Ketika batu sudah dirasa panas, kemudian dimasukanlah ke dalam lubang yang sudah diisi rumput dan disusun memenuhi lubang. Lalu, ubi dimasukkan dan disusun agar bisa matang dengan merata.
Tak sampai situ, bagian atas ubi ditutup lagi dengan menggunakan rumput dan batu-batu panas. Asyiknya, wisatawan boleh membantu Mama dan mencoba langsung kegiatan Bakar Batu ini.
Saat ubi matang, para Mama akan membuka jerami tersebut dan menghidangkan ubi-ubi yang masih panas. Asap mengepul dan aroma wanginya membuat siapa pun tak sabar ingin melahap. Nyam! Rasanya sangat enak!
Rasa enak tersebut didapat dari proses memasak secara alami. Tanpa bahan pengawet atau perasa tambahan, rasa ubinya benar-benar nikmat. Tak perlu takut kehabisan, para Mama selalu menyediakan banyak ubi yang siap dimasak kembali.
Selain itu, ada nilai positif dari Bakar batu ini. Bakar Batu juga melambangkan gotong royong antar sesama. Para pria mencari kayu bakar dan membuat api, serta para Mama bersama-sama membakar ubi. Rasa kekeluargaan begitu erat akan terasa saat Anda menyantap ubi tersebut di tengah-tengah mereka. Suku Dani sangat ramah kepada wisatawan. Apalagi anak-anak kecilnya, menggemaskan!
Dari pedalaman Papua, ada pelajaran tentang kebersamaan. Enaknya ubi dari Bakar Batu juga mengingatkan, kalau budaya dan tradisi leluhur memberikan banyak nilai-nilai luhur. Tanpa harus bahan kimia, ubi tersebut sangat nikmat walau hanya dibakar dengan api.
"Kita akan terus menjaga tradisi Bakar Batu ini, dari zaman leluhur hingga nanti," ungkap Sakeus dengan penuh harapan. [DetikTravel]