Inilah Hasil Pertemuan antara Kemenpora, DPRP dan AFC
pada tanggal
Saturday, 13 June 2015
KUALA LUMPUR (MALAYSIA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bersama Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) akhirnya bisa bertemu dengan pengurus Federasi Sepak Bola Asia (AFC) di Kuala Lumpur, Jumat, (12/6). Dalam pertemuan itu dibahas masalah batalnya pertandingan babak 16 besar Piala AFC antara Persipura Jayapura melawan Pahang FA pada 26 Mei 2015.
Pihak Indonesia yang diwakili Yan Parmenas Mandenas dan Kamasan Jack Komboy dari DPRP, Gatot S Dewa Broto dari Deputi V Kemenpora serta Tri Gustono dari Kepala Pensosbud KBRI di Kuala Lumpur berbincang dengan pihak AFC yang dipimpin Dato' Windsor John sebagai Deputi Sekjen AFC; Sanjeevan Balasinggam sebagai Direktur Bidang Asosiasi dan Pengembangan Anggota AFC serta Benoit Pasquier sebagai Direktur Legal AFC.
Gatot mengatakan pertemuan itu berlangsung dalam suasana persahabatan. Ia menuturkan dalam pertemuan itu anggota DPRP meminta keadilan dan meminta pertandingan itu dijadwalkan ulang. Mereka juga menyampaikan masyarakat Papua sangat kecewa dengan batalnya pertandingan itu.
Menanggapi hal itu Deputi Sekjen AFC, Dato' Windsor John menjelaskan bahwa tidak ada maksud untuk menjatuhkan keputusan kemenangan WO pada Pahang FA secara tidak adil.
"Menurut mereka, keputusan tersebut diambil oleh Exco AFC dan semata-mata berdasarkan regulasi AFC dan bukan karena adanya kejadian kegiatan keolahragaan PSSI yang sedang dibekukan oleh Kemenpora," tulis Gatot yang ikut dalam pertemuan itu dalam rilis resmi Kemenpora, Jumat (12/6) malam.
AFC memberikan penjelasannya terkait keputusannya itu. Mereka mengatakan bahwa seluruh federasi anggota AFC dan klub yang bertanding di kompetisi AFC seharusnya sudah mengetahui regulasi yang ada dan konsekuensinya.
Selain itu, jadwal pertandingan yang sudah tersusun lama tidak boleh menjadi alasan bagi PSSI dan Persipura untuk tidak mempersiapkan diri seandainya ada klubnya yang menjadi tuan rumah pertandingan.
"Artinya, ada kewajiban dari PSSI dan Persipura Jayapura untuk menjamin pengurusannya seawal mungkin baik diminta atau tidak diminta khususnya dalam bersinergis dengan pihak imigrasi," kata Gatot.
Menurut Gatot, AFC sama sekali tidak menyebutkan adanya kesalahan pada Kemenpora melainkan justru ditimpakan pada federasi dan klub. Bahwasanya saat itu sedang dibekukan, faktanya PSSI masih beraktivitas di perafilan setempat (PTUN) dan menghadiri Kongres FIFA.
"Bahwasanya kejadiannya itu berlangsung pada saat kegiatan keolahragaan PSSI sedang dibekukan oleh Kemenpora adalah betul faktanya. Namun itu bukan titik krusialnya menurut AFC, meskipun faktanya kemudian PSSI memang disanksi oleh FIFA sehingga konsekuensinya tidak boleh ada klub atau timnas dari Indonesia yang boleh berlaga di event internasional terkecuali di Sea Games 2015 di Singapura," ia menjelaskan.
Gatot yang menjadi wakil Menpora didampingi Kepala Pensosbud KBRI di Kuala Lumpur, Tri Gustono bersama dua anggota DPRP itu juga memberi penjelasan kepada AFC terkait perkembangan terbaru sepak bola Indonesia setelah rapat kerja Menpora dengan Komisi X DPR RI pada tanggal 10 Juni 2015.
"AFC mengapresiasi hasil pertemuan di DPR RI tersebut. AFC sangat sedih bahwasanya Persipura terkena masalah saat jelang laga dengan Pahang FC, karena AFC sangat mengenal reputasi kualitas dan prestasi Persipura," ujarnya.
AFC, kata Gatot, meminta kegagalan pertandingan Persipura dengan Pahang FA itu dijadikan pelajaran berharga. Federasi dan klub harus benar-benar mematuhi peraturan kompetisi AFC.
"Delegasi Indonesia pun akhirnya bisa memahami sepenuhnya keputusan AFC, karena sudah sangat jelas duduk persoalannya," kata Gatot.
Poin penting yang bagi sepak bola Indonesia, menurut Gatot, AFC sangat terbuka dan bermaksud mendorong komunikasi lebih intensif antara AFC dengan PSSI, klub dan pemerintah Indonesia.
"Menurut AFC masing-masing pihak memiliki kewenangannya sendiri-sendiri atau dengan kata lain tidak boleh saling superior satu sama lain," ujar dia.
Sebelumnya, pada 9 Juni 2015, perwakilan Kemenpora yang dipimpin langsung Sekretaris Menpora Alfitra Salamm bersama Anggota DPRP Provinsi Papua berusaha menemui pengurus AFC di markasnya Kuala Lumpur. Akan tetapi, saat itu, meskipun sehari sebelumnya telah mengirim surat resmi permintaan bertemu AFC, mereka belum mau bertemu. Mereka baru bisa ditemui tiga hari kemudian. [Tempo]
Pihak Indonesia yang diwakili Yan Parmenas Mandenas dan Kamasan Jack Komboy dari DPRP, Gatot S Dewa Broto dari Deputi V Kemenpora serta Tri Gustono dari Kepala Pensosbud KBRI di Kuala Lumpur berbincang dengan pihak AFC yang dipimpin Dato' Windsor John sebagai Deputi Sekjen AFC; Sanjeevan Balasinggam sebagai Direktur Bidang Asosiasi dan Pengembangan Anggota AFC serta Benoit Pasquier sebagai Direktur Legal AFC.
Gatot mengatakan pertemuan itu berlangsung dalam suasana persahabatan. Ia menuturkan dalam pertemuan itu anggota DPRP meminta keadilan dan meminta pertandingan itu dijadwalkan ulang. Mereka juga menyampaikan masyarakat Papua sangat kecewa dengan batalnya pertandingan itu.
Menanggapi hal itu Deputi Sekjen AFC, Dato' Windsor John menjelaskan bahwa tidak ada maksud untuk menjatuhkan keputusan kemenangan WO pada Pahang FA secara tidak adil.
"Menurut mereka, keputusan tersebut diambil oleh Exco AFC dan semata-mata berdasarkan regulasi AFC dan bukan karena adanya kejadian kegiatan keolahragaan PSSI yang sedang dibekukan oleh Kemenpora," tulis Gatot yang ikut dalam pertemuan itu dalam rilis resmi Kemenpora, Jumat (12/6) malam.
AFC memberikan penjelasannya terkait keputusannya itu. Mereka mengatakan bahwa seluruh federasi anggota AFC dan klub yang bertanding di kompetisi AFC seharusnya sudah mengetahui regulasi yang ada dan konsekuensinya.
Selain itu, jadwal pertandingan yang sudah tersusun lama tidak boleh menjadi alasan bagi PSSI dan Persipura untuk tidak mempersiapkan diri seandainya ada klubnya yang menjadi tuan rumah pertandingan.
"Artinya, ada kewajiban dari PSSI dan Persipura Jayapura untuk menjamin pengurusannya seawal mungkin baik diminta atau tidak diminta khususnya dalam bersinergis dengan pihak imigrasi," kata Gatot.
Menurut Gatot, AFC sama sekali tidak menyebutkan adanya kesalahan pada Kemenpora melainkan justru ditimpakan pada federasi dan klub. Bahwasanya saat itu sedang dibekukan, faktanya PSSI masih beraktivitas di perafilan setempat (PTUN) dan menghadiri Kongres FIFA.
"Bahwasanya kejadiannya itu berlangsung pada saat kegiatan keolahragaan PSSI sedang dibekukan oleh Kemenpora adalah betul faktanya. Namun itu bukan titik krusialnya menurut AFC, meskipun faktanya kemudian PSSI memang disanksi oleh FIFA sehingga konsekuensinya tidak boleh ada klub atau timnas dari Indonesia yang boleh berlaga di event internasional terkecuali di Sea Games 2015 di Singapura," ia menjelaskan.
Gatot yang menjadi wakil Menpora didampingi Kepala Pensosbud KBRI di Kuala Lumpur, Tri Gustono bersama dua anggota DPRP itu juga memberi penjelasan kepada AFC terkait perkembangan terbaru sepak bola Indonesia setelah rapat kerja Menpora dengan Komisi X DPR RI pada tanggal 10 Juni 2015.
"AFC mengapresiasi hasil pertemuan di DPR RI tersebut. AFC sangat sedih bahwasanya Persipura terkena masalah saat jelang laga dengan Pahang FC, karena AFC sangat mengenal reputasi kualitas dan prestasi Persipura," ujarnya.
AFC, kata Gatot, meminta kegagalan pertandingan Persipura dengan Pahang FA itu dijadikan pelajaran berharga. Federasi dan klub harus benar-benar mematuhi peraturan kompetisi AFC.
"Delegasi Indonesia pun akhirnya bisa memahami sepenuhnya keputusan AFC, karena sudah sangat jelas duduk persoalannya," kata Gatot.
Poin penting yang bagi sepak bola Indonesia, menurut Gatot, AFC sangat terbuka dan bermaksud mendorong komunikasi lebih intensif antara AFC dengan PSSI, klub dan pemerintah Indonesia.
"Menurut AFC masing-masing pihak memiliki kewenangannya sendiri-sendiri atau dengan kata lain tidak boleh saling superior satu sama lain," ujar dia.
Sebelumnya, pada 9 Juni 2015, perwakilan Kemenpora yang dipimpin langsung Sekretaris Menpora Alfitra Salamm bersama Anggota DPRP Provinsi Papua berusaha menemui pengurus AFC di markasnya Kuala Lumpur. Akan tetapi, saat itu, meskipun sehari sebelumnya telah mengirim surat resmi permintaan bertemu AFC, mereka belum mau bertemu. Mereka baru bisa ditemui tiga hari kemudian. [Tempo]